Skip to main content

AGAMA DAN KEBERAGAMAAN


AGAMA DAN KEBERAGAMAAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1     Latar Belakang

          Indonesia merupakan negara dengan Sebagian besar penduduknya beragama Islam. Perkembangan Islam di Indonesia mengalami proses yang berkaitan dengan berbagai sector kehidupan lainnya yang sangat komplek. Termasuk bersinggungan langsung dengan tradisi dan budaya kahidupan masyarakat Indonesia yang telah ada dan berhasil menembus ke dalamnya. Namun, tidak berarti bahwa tradisi dan budaya yang sudah ada tersebut hilang karena hal tersebut. Dalam proses tersebut agama Islam terus berusaha menyesuaiakn diri dengan tanpa mengurangi initi dari ajaran agama Islam itu sendiri. Dengan budaya dan tradisi di Indonesia yang beragam dan proses penyesuaian diri dari agama Islam tersebut, terjadi pula keberagaman dalam menjalankan agama Islam yang ada di Indonesia.

          Agama merupakan hak bagi masyarakat Indonesia, sebagaimana agam dilindungi oleh UUD 1945 yang disebutkan pada pasal 29 ayat 2 bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu”. Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa negara sendiri menjamin penduduknya dalam memilih dan memeluk agama atau keyakinannya masing-masing serta menjamin dan melindungi penduduknya dalam menjalankan peribadatan menurut agama dan keyakinan masing-masing. Agama yang diakui di Indonesia yatiu 6 agama :Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Konghuchu, dan Budha, Meskipun mayoritas masyarakat Indonesia beragama Silam harapannya ialah masyarakat Indonesia tetap hidup berdampingan dengan damai.

          Indonesia negara yang mempunyai bermacam-macam etnis, suku, budya dan agama. Hal ini mejadikan Indonesia mempunyai keindahan tersendiri. Bernegara satu, namun Indonesia memiliki kepercayaan masing-masing. Jika perbedaan agama ini tidak digunakan dengan sebaik-baiknya maka perbedaan agama tersebut menimbulkan konflik. Agama memiliki peran dalam kehidupan penganutnya. Agama dapat melahirkan energi positif dan negative. Agama dapat melahirkan energi postif, apabila penganutnya menjadikan agama sebagai kekuatan moral dan spiritual, sumber inspirasi dan motivasi hidup, sebagai petunjuk, kabar gembira, serta peringatan yang mampu menciptakan akhlak manusia, selain itu agama juga melahirkan energi negative apabila penganutnya menjadikan agama sebagai sumber konflik, kemiskinan, kesedihan dan tidak memberikan energi kemanusiaan untuk orang-orang disekitarnya.

          Agama sebagai system nilai tentunya akan mengalami proses akulturasi, kolaborasi bahkan sinkretisasi terhadap kemajemukan budaya sebagai hasil tindakan manusia, atau kemajuemukan budaya yang masih berada pada ranah pemikiran maupun sikap manusia.

          Persentuhan Islam sebegai great tradition atau biasanya ada yang menyebut grand tradition dengan budaya local atau little tradition sering menimbulkan corak budaya tersendiri diluar dugaan, Sebab dalam proses persentuhannya terjadi dialog antara tatanan nilai agama yang menjadi cita cita religious dari agama dan tatanan nilai budaya local. Pertautan dialektis yang kreatif antara nilai universal dari agam dengan budaya local telah menghadirkan corak ajaran Islam dalam kesatuan spiritual dengan corak budaya yang ragam (unity and diversity).

          Fenomena perilaku keberagamaan yang terjadi dikalangan intern umat beragama di Indonesia, telah mengindikasikan corak keberagamaan yang politis ideologis dan legal formalistic. Aliran keberagamaan yang ada di Indonesia dengan mudah bisa dilabeli dengan symbol dan karakter yang relative permanen. Tipologi keberagamaan tradisionalis, modernis, fundamentalis, misalnya yang kesemuanya memiliki karakteristik yang sangat berbeda dan relative permanen. Masing-masing tipologi keagamaan diatas, secara politis ideologis berusaha saling mempertahankan cara pemahaman dan perilaku penghayatan keagamaannya. Diantara kelompok keagamaan tersebut tidak ditemukan adanya pembaharuan-pembaharuan cara pemahaman keagamaan dan penghayatan keagamaannya sesuai dengan tuntunan situasional dan kondisional. Kelompok-kelompok keagamaan tersebut khawatir jika mereka melakukan pembaharuan terhadap cara pemahaman keagamaannya maka mereka akan kehilangan nilai-nilai sacral yang selama ini mereka lakukan. Keadaan inilah yang menyebabkan masing-masing kelompok keagamaan menganggap bahwa apa yang telah dipahami telah memiliki kebenaran final dan berakhir dengan truth claim.

          Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam makalah ini akan membahas bagaimana arti dan maksud dari agama dan keberagaam itu sendiri, dimana Islam sebagai objek studi objek keberagamaan yang akan dibahas juga lebih mendetail dalam  mata kuliah  pendekatan studi Islam yang secara umum mengkaji studi Islam.

 

1.2     Rumusan Masalah

          1.  Apakah yang dimaksud dengan agama?

          2. Apakah yang dimaksud dengan kebergamaan?

 

1.3     Tujuan Penulisan

          1. Untuk mengetahui arti dari agama.

          2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan keberagamaan.

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1       Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religion dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Selain itu, Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya. Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

Menurut R.R. Marett, seorang antropologi Inggris mengatakan definisi dan pengertian agama itu menyangkut lebih dari pada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan jug, dan dapat memanifestisakn dirinya menurut segu-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.

Menurut J. G. Frazer, mengatakan agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia.

Eden Sheffield Brigtman, Agama merupakan suatu unsur pengalaman-pengalaman yang dipandang mempunyai nilai yang tinggi, pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta pengabdian tersebut baik dengan cara melakukan upacara-upacara yang simbolis maupun melalui perbuatan perbuatan yang lain yang bersifat perseorangan serta bersifat kemasayarakatan.

  Harun Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan atau isi yang terkandung didalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.

Bebearapa definisi dan pengertian agama, memperlihatkan betapa luasnya cakupan agama dan sekaligus menunjukkan pengertian agama itu cukup banyak. Hal ini disamping menunjukkan adanya perhatian besar dari para ahli terhadap agama, juga menunjukkan bahwa merumuskan pengertian agama itu sulit sehingga tidak cukup satu pengertian saja.

Dengan bertolak dari beberapa pengertian agama, Harn Nasution merumuskan delapan pengertian agama :

1.      Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

2.      Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia

3.      Mengingatkan diri pada suatu bentuk yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatannya.

4.      Kepercayaan kepada suatu  kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

5.      Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib.

6.      Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber dari kekuatan gaib.

7.      Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan yang misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

8.      Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Kesadaran akan adanya wujud tertinggi itu sudah ada dalam masyarakat sederhana, masyarakat yang masih rendah taraf kebudayaannya serta belum dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan lainnya, dan kesadaran masyarakat tentang adanya wujud tertinggi sudah ada sejak adanya manusia dimuka bumi, sehingga memunculkan berbagai macam bentuk kepercayaan terhadap kekuatan yang maha tinggi, seperti kepercayaan terhadap kekuasaan atau kekuatan yang keramat dan tidak berpribadi, yang dianggap halus mampu berjasad yang dapat dimiliki atau tidak dapat dimiliki oleh benda, binatang dan manusia (Dinamisme) ataupun kepercayaan terhadap roh-roh (Animisme).

Kepercayaan terhadap kekuatan yang tinggi diatas segala-galanya itulah yang kemudian memunculkan berbagai macam agama, diantaranya :

1.                Agama Islam

Secara Etimologi Islam (Arab: al-islām, الإسلام   "berserah diri kepada Tuhan" adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: اللهAllāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.

Islam berasal dari kata Arab “aslama-yuslimu-islaman” yang secara kebahasaan berarti “menyelamatkan”, misalnya teks “assalamu alaikum” yang berarti “semoga keselamatan menyertai kalian semuanya”. Islam atau Islaman adalah masdar (kata benda) sebagai bahasa penunjuk dari fi'il (kata kerja), yaitu “aslama” bermakna telah selamat (kala lampau) dan “yuslimu” bermakna "menyelamatkan" (past continous tense). Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari bahasa Arab Aslama, yang bermakna “untuk menerima, menyerah atau tunduk” dan dalam pengertian yang lebih jauh kepada Tuhan.

a.      Ajaran Islam, lima rukun Islam.

Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah:

1.      Mengucapkan dua kalimah syahadat dan meyakininya.

2.       Mendirikan salat wajib lima kali sehari.

3.      Berpuasa pada bulan Ramadan.

4.      Membayar zakat.

5.      Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.

b.      Enam Rukun Iman

Muslim juga mempercayai Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara yaitu:

1.      Iman kepada Allah

2.      Iman kepada malaikat Allah

3.      Iman kepada Kitab Allāh (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur dan suhuf)

4.      Iman kepada nabi dan rasul Allah

5.      Iman kepada hari kiamat

6.      Iman kepada qada dan qadar

Konsep Islam teologikal fundamental ialah tauhid, yaitu kepercayaan tentang keesaan Tuhan. Istilah Arab untuk Tuhan ialah Ilāh; kebanyakan ilmuwan percaya kata Allah didapat dari penyingkatan dari kata al- (si) dan ʾilāh' (dewa, bentuk maskulin), bermaksud “Tuhan” (al-ilāh'), tetapi yang lain menjejakkan asal usulnya dari bahasa Aram Alāhā. Kata Allah adalah kata yang digunakan oleh orang Kristen (Nasrani) dan Yahudi Arab sebagai terjemahan dari ho theos dari Perjanjian Baru dan Septuaginta. Yang pertama dari Lima Rukun Islam, tauhid dituangkan dalam syahadat (pengakuan), yaitu bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

 

c.       Aliran peta demografi persebaran dan perbandingan populasi Sunni dengan Syi'ah :

1.      Islam Sunni

Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah atau Ahlus-Sunnah wal Jama'ah (أهل السنة والجماعة) atau lebih sering disingkat Ahlul-Sunnah (أهل السنة) atau Sunni adalah mereka yang senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan Al Qur'an dan hadits yang shahih dengan pemahaman para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.

Mazhab - mazhab :

a.       Hanafi

Didirikan oleh Imam Abu Hanifah, Mazhab Hanafi adalah yang paling dominan di dunia Islam (sekitar 32%), penganutnya banyak terdapat di Asia Selatan Turki, Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka, dan Maladewa), Mesir bagian Utara, separuh Irak, Syria, Libanon dan Palestina (campuran Syafi'i dan Hanafi), Kaukasia (Chechnya, Dagestan).

b.      Maliki

Didirikan oleh Imam Malik, diikuti oleh sekitar 20% muslim di seluruh dunia. Mazhab ini dominan di negara-negara Afrika Barat dan Utara. Mazhab ini memiliki keunikan dengan menyodorkan tatacara hidup penduduk madinah sebagai sumber hukum karena Nabi Muhammad hijrah, hidup dan meninggal di sana dan kadang-kadang kedudukannya dianggap lebih tinggi dari hadits.

c.       Syafi'i

Dinisbatkan kepada Imam Syafi'i memiliki penganut sekitar 28% muslim di dunia. Pengikutnya tersebar di Turki, Irak, Syria, Iran, Mesir, Somalia, Yaman, Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Sri Lanka dan menjadi mazhab resmi negara Malaysia dan Brunei.

d.      Hambali

Dimulai oleh para murid Imam Ahmad bin Hambal. Mazhab ini diikuti oleh sekitar 5% muslim di dunia dan dominan di daerah semenanjung Arab. Mazhab ini merupakan mazhab yang saat ini dianut di Arab Saudi.

2.      Islam Syiah

Syi’ah (Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia: شیعه) ialah sekte dengan jumlah penganut terbesar kedua dalam agama Islam. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah pertama. Istilah Syi'ah berasal dari Bahasa Arab (شيعة) "Syī`ah". Lafadz ini merupakan bentuk tunggal, sedangkan bentuk pluralnya adalah "Syiya'an". Pengikut Syi'ah disebut "Syī`ī" (شيعي). “Syi'ah” adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah "Syi`ah `Ali" (شيعة علي) yang berarti "pengikut Ali", yang berkenaan dengan turunnya Q.S. Al-Bayyinah ayat "khair al-bariyyah", saat turunnya ayat itu Nabi Muhammad bersabda, "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung - ya 'Ali anta wa syi'atuka hum al-faizun". Kata "Syi'ah" menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan pengikut seseorang atau kaum yang berkumpul atas suatu perkara. Adapun menurut terminologi Islam, kata ini bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib adalah yang paling utama di antara para sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan atas kaum Muslim.

Pada masa kekhalifahan ke-3, Utsman bin Affan, terjadi fitnah yang cukup serius di tubuh Islam pada saat itu, yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman. Pembunuhnya ialah suatu rombongan delegasi yang didirikan oleh Abdullah bin Saba' dari Mesir yang hendak memberontak kepada Khalifah dan hendak membunuhnya. Abdullah bin Saba' berhasil membangun pemahaman yang sesat untuk mengadu domba umat Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Kemudian masyarakat banyak saat itu, terutama disponsori oleh para bekas pelaku pembunuhan terhadap Utsman, berhasil membunuh dia dengan sadis ketika dia sedang membaca Qur'an.

Terjadi usaha pembangkangan oleh mereka yang pada awalnya berpura-pura/munafik dan merekalah golongan yang disebut Khawarij. Kaum Khawarij ingin merebut kekhalifahan. Akan tetapi, terhalang oleh Ali dan Muawiyah, sehingga mereka merencanakan untuk membunuh keduanya. Ibnu Muljam dari Khawarij berhasil membunuh Khalifah Ali pada saat khalifah mengimami salat subuh di Kufah, tapi tidak terhadap Muawiyah karena dijaga ketat. Bahkan Muawiyah berhasil mengkonsolidasikan diri dan umat Islam, berkat kecakapan politik dan ketegaran kepemimpinannya. Karena belajar oleh berbagai pertumpahan darah, kaum muslim secara pragmatis dan realistis mendukung kekuasaan de facto Muawiyah. Maka tahun itu, tahun 41 Hijriyah, secara khusus disebut tahun persatuan ('am al-jama'ah).

 

d.    Sejarah Islam di Indonesia

Bukti awal mengenai agama Islam berasal dari seorang pengelana Venesia bernama Marco polo. Ketika singgah di sebelah utara pulau Sumatera, dia menemukan sebuah kota Islam bernama Perlak yang dikelilingi oleh daerah-daerah non-Islam. Hal ini diperkuat oleh catatan-catatan yang terdapat dalam buku-buku sejarah seperti Hikayat Raja-Raja Pasai dan Sejarah Melayu.

Bukti kedua berasal dari Ibnu Batutah ketika mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1345 megatakan bahwa raja yang memerintah negara itu memakai gelar Islam yakni Malikut Thahbir bin Malik Al Saleh.

Bukti ketiga berasal dari seorang pengelana Portugis bernama Tome Pires, yang mengunjungi Nusantara pada awal abad ke-16. Dalam karyanya berjudul Summa Oriental, dia menjelaskan bahwa menjelang abad ke-13 sudah ada masyarakat Muslim di Samudera Pasai, Perlak, dan Palembang. Selain itu di Pulau Jawa juga ditemukan makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 1082 M dan sejumlah makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13.

Bukti keempat Islam sebenarnya sudah masuk ke Nusantara sejak I-tsing  yang berkunjung ke Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671. Dia menyatakan bahwa pada waktu itu lalu-lintas laut antara Arab, Persia, India, dan Sriwijaya sangat ramai.

 

2.2     Keberagamaan

          Keberagamaan dari kata dasar agama yang artinya segenap kepercayaan kepada Tuhan. Beragama berarti memeluk atau menjalankan agama. Sedangkan keberagamaan adalah adanya kesadaran diri individu dalam menjalankan suatu ajaran dari suatu agama yang dianut. Keberagamaan juga berasal dari Bahasa Inggris yaitu religiosity dari akar kata religy yang berarti agama. Religiosity merupakan bentuk kata dari kata religious yang berarti beragama, beriman.

Jalaluddin Rahmat mendefinisikan keberagamaan sebagai perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada Nash. Keberagamaan juga diartikan sebagai kondisi pemeluk agama dalam mencapai dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan atau segenap kerukunan, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan ajaran dan kewajiban melakukan sesuatu ibadah menurut agama.

Sehingga dapat disimpulkan tingkat keberagamaan yang dimaksud adalah seberapa jauh seorang taat kepada ajaran agama tersebut yang meliputi cara berfikir, bersikap, serta berperilaku baik dalam kehidupan pribadi dan kehidupan social masyarakat yang dilandasi ajaran agama Islam (Hablum Minallah dan Mablum Minannas) yang diukur melalui dimensi keberagamaan yaitu keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan, dan konsekwensi atau pengamalan.

Keberagamaan (religiosity) dalam dataran situasi tentang keberadaan agama diakui oleh para pakar sebgai konsep yang rumit (complicated) meskipun secara luas ia banyak digunakan. Secara substantif kesulitan itu tercermin terdapat kemungkinan untuk mengetahui kualitas untuk beragama terhadap sistem ajaran agamanya yang tercermin pada berbagai dimensinya.

Beragama berarti mengadakan hubungan dengan sesuatu yang kodrati, hubungan makhluk dengan khaliqnya, hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.

Adapun perwujudan keagamaan itu dapat dilihat melalui dua bentuk atau gejala yaitu gejala batin yang sifatnya abstrak (pengetahuan, pikiran dan perasaan keagamaan) dan gejala lahir yang sifatnya konkrit, semacam amaliah-amaliah peribadatan yang dilakukan secara individual dalam bentuk ritus atau upacara keagamaan dan dalam bentuk muamalah social kemasyarakatan.

Keberagamaan berarti tingkah laku orang yang mengamalkan ajaran agamanya, Keberagamaan seseorang tidak mencerminkan agama yang dianutnya karena banyak orang yang beragama tapi tidak mengamalkan apa yang diajarkan agamanya atau ada juga orang yang salah memahami ajaran agamanya sehingga dia bersikao terlalu fanatic dan tidak ingin bertoleransi dengan agama lainnya. Keberagamaan dipengaruhi oleh beberapa factor diantarannya :

1.        Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah hal pertama yang menjadi factor perilaku suatu individu Ketika lingkungannya baik maka orang itu kemungkinan besar akan baik, namun Ketika lingkungan tidak baik maka bagaimanapun baiknya seseorang pasti lama kelamaan akan terpengaruh. Lingkungan juga bisa menjadi sumber akulturasi budaya seseorang. Contohnya adalah Ketika orang desa yang sangat alim dan sopan lalu dating ke kota maka dia akan mengalami yang namanya percampuran budaya antara budaya yang dia bawa dengan budaya barunya, dan di sinilah peran keberagamaan akan di uji apakah dia bisa mempertahankan  budayanya atau dia malah kehilangan budaya aslinya.

2.        Faktor Keluarga

Keluarga adalah tahap pendidikan pertama manusia, ketika lingkungannya baik pendidikan bagus dan ekonomi nya baik namun keluarganya bermasalah di pastikan orang itu akan mengalami yang namanya depresi dan pasti akan mempengaruhi keberagamaan nya, biasanya keberagamaan seseorang akan semakin berkurang jika ada masalah di dalam keluarga bisa karena orangtua nya cerai atau pun karena orangtuanya yang terlalu sibuk bekerja sehingga lalai dalam mengawasi anak anaknya, namun ada solusi jika orangtua terlalu sibuk dan tidak bisa mengawasi dan memberikan pendidikan agama kepada anaknya yaitu dengan memasukan anaknya ke pesantren (Bagi Muslim) ataupun dengan membiasakan diri berlibur bersama keluarga walaupun hanya sebulan sekali tapi itu akan menjadikan anak merasa dianggap daripada orangtua yang benar benar tidak peduli dan tidak meluangkan waktunya itu akan membuat anak mencari kesenangan diluar dan tentunya akan sangat mempengaruhi keberagamaannya juga akan mempengaruhi keharmonisan dalam keluarga.

3.        Faktor Pendidikan

Pendidikan adalah hal terpenting dalam mengembangkan keberagamaan seseorang, dengan pendidikan yang baik akan tercipta keberagamaan yang baik pula, pendidikan tidak hanya di dapatkan dari sekolah tapi di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya juga, pendidikan beragama sangat dibutuhkan apalagi menghadapi era serba bebas ini, pada zaman sekarang orang yang selalu diam dikamar bisa menjadi penjahat dunia dengan berkembangnya tekhnologi, jika zaman dulu orang yang selalu diam dirumah bisa di cap baik namun zaman sekarang tidak bisa seperti itu, justru orang yang diam dirumah bisa lebih kejam daripada orang yang selalu diluar itulah kenapa pendidikan diperlukan sebab benteng untuk menghadapi perkembangan zaman adalah dengan pendididkan moral. Keberagamaan sangat di perlukan guna mengimbangi ilmu seseorang jika kita pintar dalam segala hal namun tidak mempunyai pendidikan keberagamaan maka kita akan diperbudak oleh ilmu pengetahuan sedangkan seharusnya kita lah yang memperbudak ilmu supaya bisa mengaplikasikannya kedalam hal yang bermanfaat,

4.      Faktor Ekonomi

Ekonomi adalah kebutuhan pokok manusia bagaimanapun juga manusia butuh akan ekonomi, dan ekonomi juga mempengaruhi keberagamaan seseorang dalam sebuah hadist di sebutkan bahwa kefakiran mendekatkan kita kepada kekufuran artinya orang yang fakir lebih mudah tergoda oleh setan daripada yang tidak fakir. Terbukti zaman sekarang banyak orang yang meninggalkan ajaran agamanya demi kebutuhan, bahkan banyak yang menjadikan agama sebagai topeng dalam berbisnis, maka dari itu ekonomi sangat mempengaruhi keberagamaan karena manusia mempunyai sifat serakah yang artinya selalu tidak puas akan apa yang dia miliki. Disinilah peran keberagamaan seseorang di uji ketika orang tersebut harus membiasakan terus bersyukur atas apa yang dia miliki dan membiasakan berbagi kepada orang yang lebih membutuhkan, jika peran agama hilang maka manusia akan mengejar apa yang dia inginkan tanpa peduli akan saudaranya yang membutuhkan dan zaman sekarang mulai banyak orang seperti itu, yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.

2.3       Konsep keberagaman dalam beragama

Dalam pandangan Islam, sejak dilahirkan manusia telah dianugerahkan potensi keberagamaan (spiritual). Seiring dengan perkembangan fisik dan fsikis yang dialami oleh setiap orang dari fase ke fase, maka perkembangan tingkat keberagamaannya pun bervariasi. Adanya perbedaan dalam memahami agama dan adanya perbedaan perkembangan karakteristik dalam berbagai aspek pada setiap orang, menjadikannya pula berbeda-beda dalam tingkat keberagamaan.

Konsep keberagaman dalam beragama juga berawal dari perbedaan kedudukan dan derajat mempengaruhi pula kehidupan sosial, ekonomi, dan politik mereka. Dengan begitu, maka dalam aspek intelektualitas manusia, juga dikelompokan menjadi tiga tingkatan : tingkatan Pertama adalah kelompok elit (khawas), tingkatan kedua adalah kelompok menengah dan tingkatan ketiga adalah kelompok awam. Kelompok elit, terdiri atas orang-orang yang mempunya keistimewaan, dan didukung oleh fasilitas untuk menjadi pemikir-pemikir, dan cendekiawan. Kelompok menengah, terdiri atas orang-orang yang memiliki fasilitas pas-pasan. Kelompok awam adalah kelompok yang diartikan orang kebanyakan, yang tidak memiliki fasilitas guna mengembangkan sarana yang dimilikinya. Pembedaan tingkatan-tingkatan di atas, dijumpai pula dalam konsep keberagaman dalam beragama dalam masyarakat dewasa ini, dengan strata dan status yang berbeda-beda pula. Bahkan al-Quran sendiri merespon adanya tingkatan-tingkatan seperti itu dalam istilah tingkat muttaqintingkat mu’min dan tingkat muhsin.

Mengenai rumusan konsep keberagaman dalam beragama, maka patron yang dijadikan dasar adalah merujuk kepada responsi al-Quran dan hadis, karena untuk mengukur tingkat keberagamaan seseorang haruslah merujuk pada dogma-dogma itu sendiri. Terkait dengan konsep keberagaman dalam beragama beserta wujud implementasi hadis, maka dapat dibatasi dalam suatu rumusan konsepsi bahwa tingkat keberagamaan harus diukur dari aspek aqidah, ibadah, dan akhlaknya. Tetapi, karena aqidah merupakan hal yang bersifat abstrak dan penelusurannya sangat sulit melalui inderawi, maka konsepsi tingkat keberagamaan seseorang dapat ditelusuri melalui rutinitas pelaksanaan ibadahnya dan penampilannya melalui akhlaknya.

Rutinitas pelaksanaan ibadah, tercakup di dalamnya ibadah wajib dan sunnat. Pada masalah akhlak, tercakup di dalamnya akhlak al-mahmudah dan akhlak mazmumah. Akhlak al-mahmudah misalnya kepatuhan terhadap kedua orangtua, menghormati guru dan etika dalam berpakaian. Sedangkan akhlak mazmumah adalah membantah kedua orangtua, tidak menghormati guru dan tidak beretika dalam menggunakan pakaian.

Kategori kedua dan terakhir yang disebutkan di atas, walaupun tidak menjalankan ajaran agama secara konsekuen, tetapi mereka tetap percaya akan adanya Tuhan, bahkan telah mempersaksikannya melalui syahadat, maka minimal mereka menempati kategori Mukmin dalam arti percaya terhadap Tuhan. Dengan kata lain, seorang Muslim yang mengakui adanya ajaran agama, tetapi ia tidak melaksanakannya secara konsekuen, maka orang tersebut tidak boleh dicap sebagai kafir dalam arti telah keluar dari Islam, karena makna kekafiran bervariasi dan bertingkat-tingkat.

Kaitan dengan konsep keberagaman dalam beragama, Harifuddin Cawidu menyatakan bahwa kekafiran terdiri atas dua tingkatan, yakni; Pertama kekafiran yang menyebabkan pelakuknya tidak lagi berhak disebut Muslim yang termasuk dalam kategori ini ialah, kufr syirk, kufr inkar, kufr juhud, kufr nifaq, dan kufr riddah; kedua mencakup semua perbuatan menyalahi perintah Tuhan dan melakukan larangan-larangan-Nya, yang secara umum bisa disebut kufr nikmat. Pelaku dari jenis kufr yang kedua ini tidak keluar dari Islam.

Dengan batasan konsepsi di atas, maka wujud Konsep keberagaman dalam beragama seseorang juga beravariasi, ada yang berkategori tinggi, berkategori sedang dan berkategori rendah. Kategori tinggi, sedang dan rendahnya keberagamaan seseorang terlihat dari realiasi pengamalannya terhadap ajaran-ajaran agama, baik yang menyangkut dengan aspek ibadah maupun aspek akhlak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1         Kesimpulan

Agama adalah pedoman sedangkan keberagamaan adalah perilaku pengamalan agama itu sendiri, ketika menerima ajaran agama dengan baik maka kita akan mengamalkan dengan baik pula,namun, ketika kita mennerima ajaran agama dengan tidak maksimal maka kita tidak bisa mengamalkan dengan maksimal dan bahkan ajaran agama itu hanya sebagai angin lalu, semua agama baik tidak ada yang mengajarkan permusuhan dan perpecahan, hidup toleransi bukan berarti kita harus mengikuti kepercayaan mereka tapi, hidup toleransi adalah ketika kita bisa menghargai kepercayaan orang yang berbeda dengan mereka, Bhinneka Tunggal Ika.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, Cet.III : Jakarta: al-Hasna, 1996

Zakiah Dardjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. I: Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Afif Muhammad, Islam Mazhab Masa Depan, Cet. I : Bandung: Pustaka Hidayah, 1998

Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Alquran, Cet.I : Jakarta: Bulan Bintang, 1990

Endang Saifuddin Anshari, Ilmu filsafat dan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987

Muslim Arbi, Rasionalitas Islam, Jakarta: Penerbit: YAPI, 1989

HM. Arifin, Belajar Memahami Ajaran Agama-agama Besar, Jakarta: CV. Serajaya, 1981

Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yoya, 1992

Dede Rosyada, Abuddin Nata, Materi Pokok Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1994

A.B. Haniq, Ilmu Agama, terjemahan MD. Koesumo Sastro, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1966

Martin Sardy, Agama Multidimensional,Bandung: Penerbit: Alumni, 1983

Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982

E. Pino dan T Wittermans, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Pramudya Paramita, 1980

Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1989

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERCOBAAN SACHS PADA DAUN SEPATU (Hibiscus rosasinensis)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERCOBAAN SACHS PADA DAUN SEPATU ( Hibiscus rosasinensis ) A.     Landasan Teori Fotosintesis adalah proses pembuatan energi atau zat makanan/glukosa yang berlangsung atas peran cahaya matahari ( photo artinya cahaya, synthesis artinya proses pembuatan/pengolahan) dengan menggunakan zat hara/mineral, karbon dioksida dan air. Makhluk hidup yang mampu melakukan fotosintesis adalah tumbuhan, alga dan beberapa jenis bakteri. Fotosintesis sangat penting bagi kehidupan di bumi karena hampir semua makhluk hidup bergantung pada energi yang dihasilkan oleh proses fotosintesis . Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis ( photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO 2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.

Teks Islami Dalam Bahasa Inggris

: ALLAH KNOWS EVERYTHING “Sebuah kata yang terus berarti tanpa memandang apa yang ada dan tiada. Rangkaian kata yang kuungkapkan bagai alunan tak bersuara yang mengiringi setiap langkah kehidupanku. Untuk menjadi yang ada di antara ribuan ketiadaan. Menjadi yang pertama atau terus menjadi yang teratas” Pada kesempatan ini saya akan sedikit menyampaikan tentang sebuah teks yang menjadi bagian dari kehidupanku. Sebuah teks yang hadir dan saya temui dalam proses pembelajaran “Bahasa Inggris II”. Teks ini termuat dalam buku karya Drs. Djamaluddin Darwis, M.A. Pada saat itu, Rabu, 18 Oktober 2017 diadakan suatu tes membaca. Tes tersebut diadakan di ruang dosen. Tes dilakukan satu persatu sesuai dengan urutan NIM. Dan tibalah giliranku, pemilik NIM ......................8. Dan pada saat itu pula, saya mendapatkan teks “ CHAPTER V” yang berjudul “ALLAH KNOWS EVERYTHING” . Teks yang memberi berbagai makna. Teks untuk hal positif. Dan tentunya teks yang memberi

Teks Islami Dalam Bahasa Inggris Berjudul "Allah-The God"

Pada kesempatan ini saya akan membahas teks dalam Bahasa Inggris yang berjudul Allah - The God . Berokut teksnya. God is the Lord of the universe. He is the Creator of the universe. He creates the world for us and also creates us in the best form. An Arabic, God is called Allah. Allah is the proper name for the one and only God. Therefore, God is one and Almightly. There is no one like Him and He has no partner, children or parents. He is eternal and knows everything. God is Great as well as Merciful. He is kind and loving and provides us with everything. God sent prophets to guide us, from Adam, the first prophet, to Muhammad, the last prophet. The prophets told us how to thank God and obey Him. They also taught us how to live like good human beings, be happy and successful. Therefore we have to believe in God, thank Him and obey Him . Arti: Tuhan adalah Penguasa alam semesta. Dia adalah Pencipta alam semesta. Dia menciptakan dunia untuk kita dan juga menciptakan kita dal